Gaya hidup mal saat ini membuat anak-anak menggemari junk food. Hal ini sebenarnya membuat Anda khawatir mereka bakal kekurangan gizi. Melarang mereka makan makanan cepat saji juga tak mungkin, karena anak sudah keburu suka dan cenderung akan terus memintanya.
Namun bagi pakar kuliner dan pemerhati gizi anak, Sisca Soewitomo, makan cepat saji sebenarnya boleh-boleh saja. Anda hanya perlu lebih bijak dalam menyiapkan junk food untuk anak. Saat hendak piknik atau bepergian sekeluarga, contohnya. Siapkan saja menu chicken nugget atau ayam goreng tepung. Anak akan tetap merasa makanan ini seperti yang dinikmatinya di restoran cepat saji.
''Tidak masalah makan junk food seminggu sekali. Asalkan semua diimbangi dengan berbagai makanan yang sehat," ujar Sisca, dalam acara "Masakan Ibu-Cinta, Kreasi, dan Apresiasi" yang diadakan oleh Royco beberapa waktu lalu.
Misalnya, Sabtu anak menikmati makanan siap saji di restoran. Hari Minggu, Anda bisa membuat menu sejenis di rumah, namun dengan pengolahan yang lebih sehat. Misalnya, menggoreng kentang dengan minyak yang masih baru, atau tidak menggunakan terlalu banyak garam atau MSG sebagai bumbu.
Setelah Sabtu dan Minggu anak menikmati makanan kesukaannya tersebut, Senin hingga Jumat giliran mereka mengonsumsi makanan yang sehat. Gunakan kreasi Anda untuk mengatur jumlah kalori, protein, mineral, dan vitamin dalam sayuran, buah, dan daging, yang masuk ke dalam tubuh si kecil. Dengan demikian tubuhnya tetap bisa mengimbangi makanan cepat saji yang dikonsumsinya dua hari dalam satu minggu.
Dengan membatasi jumlah makanan cepat saji, dan menambahkan bahan makanan yang sehat, makanan cepat saji tidak selamanya buruk untuk pertumbuhan anak. Bahkan, makanan seperti burger, pizza, atau kentang goreng pun sebenarnya punya nilai gizi tinggi. Burger dan pizza bisa dilengkapi dengan sayuran yang memenuhi kebutuhan vitamin dan mineralnya, sedangkan kentang goreng bisa dijadikan pengganti nasi sebagai sumber karbohidrat.
Namun bagi pakar kuliner dan pemerhati gizi anak, Sisca Soewitomo, makan cepat saji sebenarnya boleh-boleh saja. Anda hanya perlu lebih bijak dalam menyiapkan junk food untuk anak. Saat hendak piknik atau bepergian sekeluarga, contohnya. Siapkan saja menu chicken nugget atau ayam goreng tepung. Anak akan tetap merasa makanan ini seperti yang dinikmatinya di restoran cepat saji.
''Tidak masalah makan junk food seminggu sekali. Asalkan semua diimbangi dengan berbagai makanan yang sehat," ujar Sisca, dalam acara "Masakan Ibu-Cinta, Kreasi, dan Apresiasi" yang diadakan oleh Royco beberapa waktu lalu.
Misalnya, Sabtu anak menikmati makanan siap saji di restoran. Hari Minggu, Anda bisa membuat menu sejenis di rumah, namun dengan pengolahan yang lebih sehat. Misalnya, menggoreng kentang dengan minyak yang masih baru, atau tidak menggunakan terlalu banyak garam atau MSG sebagai bumbu.
Setelah Sabtu dan Minggu anak menikmati makanan kesukaannya tersebut, Senin hingga Jumat giliran mereka mengonsumsi makanan yang sehat. Gunakan kreasi Anda untuk mengatur jumlah kalori, protein, mineral, dan vitamin dalam sayuran, buah, dan daging, yang masuk ke dalam tubuh si kecil. Dengan demikian tubuhnya tetap bisa mengimbangi makanan cepat saji yang dikonsumsinya dua hari dalam satu minggu.
Dengan membatasi jumlah makanan cepat saji, dan menambahkan bahan makanan yang sehat, makanan cepat saji tidak selamanya buruk untuk pertumbuhan anak. Bahkan, makanan seperti burger, pizza, atau kentang goreng pun sebenarnya punya nilai gizi tinggi. Burger dan pizza bisa dilengkapi dengan sayuran yang memenuhi kebutuhan vitamin dan mineralnya, sedangkan kentang goreng bisa dijadikan pengganti nasi sebagai sumber karbohidrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar