Jumat, 19 Agustus 2011

Fakta Unik Tentang Bill Gates

beritaunik.net - Sukses di bisnis, sukses pula di rumah. Bill Gates adalah seorang ayah yang penuh kasih sayang dan gampang digoda seisi rumah. Berikut beberapa fakta unik tentang kehidupan Bill Gates:


1. Bill Gates lahir di Seattle, Washington, Amerika Serikat pada tanggal 28 Oktober 1955 dengan nama asli William Henry Gates. Ayahnya adalah seorang Pengacara sedangkan ibunya merupakan seorang Guru.
2. Semasa kecil Bill Gates akrab dipanggil “Trey”.
3. Bill Gates muda sering ditangkap polisi New Mexico karena ngebut tanpa SIM.
4. Komputer yang dipakai Gates untuk belajar adalah komputer hasil patungan ibu-ibu orang tua murid tempat Gates bersekolah.
5. Pada umur 17, Bill Gates menjual program komputer pertamanya berupa aplikasi pembagian jadwal dan waktu kepada sekolahnya dengan harga $4,200 atau sekitar 37 juta rupiah. Uniknya, dia mengatur dirinya di program aplikasi buatannya tersebut agar selalu ditempatkan di kelas yang banyak wanitanya.
6. Di Harvard, Universitasnya dulu, Bill Gates membuat ALTAIR BASIC yang merupakan produk pertama dari Microsoft. Di Harvard pula Bill Gates pernah berkata kepada dosennya bahwa dia akan menjadi jutawan di umur 30 tahun dan seorang milyuner di umur 31 dan ternyata kata-kata tersebut benar-benar terwujud.
7. Pada bulan Maret 2007 majalah Forbes menyatakan bahwa Bill Gates adalah orang terkaya nomor 1 di dunia selama 13 tahun berturut-turut dengan kekayaan total sekitar $56 Triliun atau bila dirupiahkan sekitar  Rp.504.000.000.000.000.000.000.000 .
6. Bill Gates mempunyai penghasilan sekitar Rp. 2,5 juta per detik,  $20 juta per bulan, dan $7,8 Triliun per tahunnya. Jika bill Gates disamakan dengan sebuah Negara, bisa jadi dia adalah Negara terkaya nomor 37 di dunia.
8. Anak-anak Bill Gates dari istrinya, Mellinda, sering menggoda Gates dengan menyanyikan lagu “Billionaire”-nya Travie McCoy dan Bruno Mars. Dalam lagu itu, terdapat lirik: “I wanna be on the cover of Forbes magazine. Smiling next to Oprah and the Queen…”
Lirik yang meledek karena di usia 55 tahun, Gates beberapa kali muncul di cover majalah Forbes. Gates juga berteman baik dengan Oprah Winfrey, dan Ratu Inggris telah menganugerahi gelar kepada Gates di tahun 2005.
9. Gates telah menyumbangkan US$28 miliar untuk kegiatan amal. Ini ‘menyebabkan’ Gates turun ke peringkat dua orang terkaya sedunia, setelah miliuner Mexico, Carlos Slim. Padahal, Gates telah memegang gelar orang terkaya selama hampir dua dekade.
10. Ketiga anak Gates, yang saat ini berusia 15, 12, dan 9 tahun, dilaporkan akan mewariskan masing-masing setidaknya US$10 juta. Namun Gates tidak mengungkapkan ini dalam wawancara. Menurut Gates, “Saya tidak berpikir jumlah uang itu akan bermanfaat untuk mereka.”
11. Bill Gates sekarang mempersembahkan pekerjaannya untuk mengurus yayasan bernilai US$37,1 miliar yang didirikannya. Apakah Gates akan kembali fokus mengurus Microsoft? “Tidak, saya hanya terlibat paruh waktu (di Microsoft). Ini pekerjaan saya sekarang (di yayasan).”

Rabu, 20 Juli 2011

Rahasia Paus Selamat dari Kepunahan


Kolaborasi antara peneliti dari University of California in Berkeley (UCB) dan Smithsonian Institution menemukan bahwa paus abu-abu berhasil melewati siklus pemanasan global dan pendinginan global di masa lampau karena mereka mengubah pola makan. Saat kehidupan mereka terancam, hewan ini menyantap makanan yang lebih bervariasi daripada biasanya. Ini membuat mereka mampu bertahan hidup dan terhindar dari kepunahan seperti banyak spesies hewan lain.
Dari penelitian, diperkirakan paus abu-abu (Eschrichtius robustus) telah menggunakan taktik pengubahan pola makan ini selama beberapa juta tahun belakangan. Meski bukti-bukti langsung yang didapat hanya mencakup 120.000 tahun terakhir, peneliti yakin kesimpulan ini berlaku pula di masa sebelumnya.
Sebagai informasi, makanan asli paus abu-abu adalah cacing dan sejenis amphipods yang tinggal di dasar laut. Namun, kini hewan itu mulai memakan krill dan ikan haring, sama seperti paus balin. "Strategi ini terbukti berhasil membuat mereka berevolusi dan bertahan terhadap pemanasan global," kata David Lindberg, biolog dari UCB.
Temuan ini merupakan kabar gembira bagi paus abu-abu yang tampak memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap evolusi dibanding perkiraan sebelumnya.
"Ini bisa membuat mereka melewati perubahan iklim yang diprediksi akan terjadi dalam beberapa abad ke depan yang ditandai dengan kenaikan ketinggian air laut sebanyak beberapa meter," kata Nicholas Pyenson, kurator dari Smithsonian Institution. "Kelihatannya, paus abu-abu akan menjadi salah satu spesies yang akan berhasil melewati perubahan iklim yang akan datang," ucap Pyenson.

Kiat Kura-kura Hadapi Bencana Meteor


Kura-kura Boremys yang selamat dari tabrakan meteor yang melenyapkan dinosaurus sepertinya sama sekali tidak terpengaruh oleh bencana besar itu. Demikian menurut hasil studi yang dilaporkan dalam Society of Vertebrate Paleontology.
Menurut Walter Joyce dari University of Tubingen, kura-kura air mampu bertahan karena kemampuan alami untuk bertahan dalam kondisi berat. "Ketika temperatur terlalu dingin, mereka melakukan hibernasi. Ketika terlalu panas atau kering, mereka akan menggali lubang dalam lumpur dan menunggu kekeringan lewat," jelas Joyce. "Rupanya kemampuan itu juga berguna ketika tabrakan meteor 65 juta tahun yang lalu," tambah Joyce.
Berdasarkan fosil yang ditemukan di Hell Creek dan Fort Union di barat daya Dakota Utara dan sebelah timur Montana, ilmuwan menerka Boremys hidup 80 hingga 42 juta tahun yang lalu. Spesies yang mereka temukan menyukai daerah rawa di sekitar sungai tropis.
Boremys memakan tanaman lunak, moluska kecil, serangga dan ikan. Boremys terkecil memiliki panjang 25 sentimeter, sedangkan yang terbesar bisa mencapai 80 sentimeter.
Boremys tidak memiliki hubungan dekat dengan kura-kura modern. "Tetapi, mereka punya kebiasaan yang sama dengan kura-kura modern," jelas peneliti.
Saat meteor menabrak Bumi 65 juta tahun yang lalu, sebagian besar spesies dinosaurus yang punah. Sebagian lagi mengalami kehilangan individu dalam jumlah yang sangat besar. Sementara beberapa jenis lain, seperti kura-kura Boremys, mampu selamat.
"Hewan-hewan besar mati dalam jumlah ribuan. Sementara itu amfibi, seperti kodok dan salamander, juga reptil, masih bisa bertahan karena mereka punya teknik yang membantu mereka hidup di kondisi sulit," kata Joyce.
Joyce juga menambahkan, hewan yang selamat masih harus menghadapi masalah. "Mereka tidak selalu mampu bertahan dari pemangsa," katanya.
Kura-kura modern saat ini pun menghadapi masalah itu. "Ironis, hewan yang sudah ada sejak 220 juta tahun yang lalu sekarang hampir punah karena aktivitas manusia. Mereka selamat dari asteroid, tapi tidak selamat dari spesies kita," kata James Parham, peneliti dari Field Museum of Natural History. 

Katak Pelangi Muncul Lagi di Kalimantan


Ilmuwan yang menyisir pegunungan di Borneo menjumpai spesies kodok pelangi Borneo yang sudah tidak pernah didapati sejak 87 tahun terakhir. Kali ini, mereka berhasil mengabadikannya dan foto itu menjadi foto kodok pelangi Borneo pertama di dunia. Sebelumnya, dokumentasi kodok itu hanya merupakan gambar ilustrasi
Conservation International, organisasi nirlaba yang fokus pada kelestarian lingkungan memasukkan kodok pelangi borneo (Ansonia latidisca) dalam daftar "Top 10 Most Wanted Lost Frogs." Lembaga ini juga sempat mengungkapkan kekhawatiran bahwa kodok tersebut mungkin sudah punah. Kodok itu terakhir kali terlihat oleh penjelajah Eropa pada tahun 1924.
Menurut Indraneil Das, profesor asal Sarawak Malaysia University yang memimpin ekspedisi, mereka melakukan pencarian sejak Agustus lalu namun tidak berhasil menemukan kodok tersebut. Setelah memfokuskan pencairan ke kawasan pegunungan Penrissen yang jarang dieksporasi selama seabad terakhir, akhirnya mereka menemukan tiga ekor A. latidisca tinggal yang hidup di tiga pohon yang berbeda. Kodok-kodok yang ditemukan terdiri dari merupakan seekor kodok jantan, betina, dan seekor anak kodok.
"Sangat menyenangkan mengetahui bahwa alam bisa memberikan kejutan ketika kita sudah hampir menyerah, apalagi di saat krisis kepunahan terus meluas di planet kita," kata Robon Moore, peneliti spesialis amfibi dari Conservation International saat mengumumkan temuan tersebut.
Meski berhasil menemukan, Das dan timnya menolak untuk mengungkapkan posisi pasti kodok itu demi menghindari penangkapan liar karena tingginya permintaan atas amfibi berwarna-warni tersebut. Namun demikian, para peneliti akan terus mencari tahu seputar populasi kodok ini di Penrissen. 

Dinosaurus Terakhir yang Hidup di Bumi


Triceratops diperkirakan menjadi dinosaurus nonburung terakhir di muka Bumi. Kesimpulan ini ditarik setelah ilmuwan mempelajari fosil yang diangkat dari Hell Creek Formation, Montana, Amerika Serikat. Triceratops ini merupakan dinosaurus termuda yang pernah ditemukan.
Temuan Triceratops yang sangat dekat dengan bencana meteor 65 juta tahun yang lalu ini juga kemungkinan menyanggah teori yang menyebutkan bahwa kepunahan dinosaurus berlangsung bertahap. "Studi kami malah menunjukkan, kepunahannya akibat tabrakan meteor," kata pemimpin studi Tyler Lyson kepada Discovery News.
Tabrakan meteor di Semenanjung Yucatan, Meksiko, tersebut memusnahkan sebagian besar dinosaurus, utamanya dinosaurus yang tidak dapat terbang. Dengan mempelajari lapisan-lapisan geologis di daerah itu, Lyson dan timnya mendapati bahwa dinosaurus tiba-tiba menghilang setelah bencana besar.
Sementara itu, teori punahnya dinosaurus secara bertahap didasari celah kosong setebal 3 meter di zona geologis tempat fosil-fosil dinosaurus ditemukan sebelum bencana. Triceratops yang ditemukan di Hell Creek berada di atas zona 3 meter tersebut.
"Ini menunjukkan ada satu spesies, atau bahkan lebih, yang masih hidup ketika bencana terjadi," ujar seorang peneliti.
Menurut Stephen Chester, salah seorang peneliti yang juga terlibat dalam studi, lokasi penemuan penting. "Selain dinosaurus, kami juga menemukan keanekaragaman mamalia kecil yang pertama kali terdokumentasi setelah bencana. Mamalia menjalani adaptasi dan mulai mengisi tanah-tanah kosong," ujar para peneliti.
Sampai saat ini, ilmuwan belum mampu menemukan alasan yang tepat untuk menjelaskan cara mamalia, kura-kura, dan beberapa hewan lain bisa selamat dari bencana meteor.